Minggu, 15 November 2009

Banting Setir Alih Profesi

[Tulisan ini pernah dimuat Suara Pembaruan, 9 Okt. 2006. http://www.suarapembaruan.com/News/2006/10/09/Urban/urb01.htm]

Hare gene keluar dari pekerjaan? Gila. Cari kerjaan sulit, berani-beraninya keluar?" Pertanyaan seperti itu akan spontan keluar jika seseorang menyatakan diri keluar dari pekerjaan.

Memang benar. Berani keluar dari pekerjaan pada saat seperti ini bisa dibilang "gila". Bisa jadi ada yang menyebut "bunuh diri". Maklum, tingkat pengangguran saat ini menurut data Bappenas per Februari 2006 tercatat 10,4 persen.

Namun, jalan kehidupan, siapa tahu. Kurniawan Junaedhie (50) melepaskan jabatan pemimpin redaksi sebuah majalah demi menjadi "tukang kebun". Kur, panggilan akrab Kurniawan Junaedhie, sukses menjalankan usaha di bidang tanaman hias. Raden Sirait melepaskan kariernya yang sedang menanjak di Bank Central Asia demi menjadi perancang busana.

Dua orang yang disebutkan tadi hanya contoh. Namun, keduanya membuktikan diri mampu hidup di lahan baru dengan langkah mantap.

Sebagai wartawan, Kur bukanlah sembarang wartawan. Selain mampu menjejak jabatan struktural tertinggi, dari tangannya lahir tiga buku, yakni Ensiklopedi Pers Indonesia (1990), Menggebrak Dunia Wartawan (1993), dan Rahasia Dapur Majalah di Indonesia (1995).

Kur keluar dari pekerjaannya semula pada usia produktif, 44 tahun. Bukan hanya itu, ia keluar dari pekerjaannya justru ketika sedang hangat-hangatnya euforia pers. Bukan pilihan mudah, memang, tetapi ia sudah memutuskan. Ia meninggalkan "kenyamanannya" demi apa yang disebutnya suatu upaya "aktualisasi diri".

Bukan hanya atasan di perusahaan tempatnya bekerja memintanya berkali-kali mempertimbangkan kembali keinginan untuk mundur, namun juga orang-orang terdekatnya. Ayahnya di antaranya. "Tapi memang keinginan saya sudah bulat," katanya saat itu.

Kur tidak pernah merasa menyesali keputusannya. Buktinya usahanya berjualan tanaman hias yang diberi nama Toekang Keboen pun sukses. Membuka gerai di kawasan Bumi Serpong Damai, pembelinya berdatangan dari seluruh penjuru Tanah Air.

Kur memang tidak sekadar berjualan. Kemahiran mengutak-atik komputer mengantarnya mampu menjadi pedagang plus. Di samping pembeli langsung datang ke gerainya, pembeli di luar kota bisa memesan melalui situs Toekang Keboen yang buka 24 jam.

Pekerjaan sebagai wartawan disebutnya menjadi bekal berharga, karena sebagai wartawan ia belajar manajemen, belajar disiplin, belajar mengelola keuangan, dan tentu membaca karakter orang. Kur mengibaratkan lompatan kariernya dengan sederhana saja, ibarat seorang pelayan toko yang kini memiliki toko sendiri, atau seorang karyawan bengkel yang kini memiliki bengkel sendiri. Hanya saja ia tidak memilih membangun usaha media massa sendiri, namun lebih memilih mengembangkan hobinya. Sejak menjadi wartawan ia sudah gemar mengoleksi tanaman. "Kebetulan banyak yang ingin membeli koleksi saya. Hobi itu yang saya kembangkan," Kur beralasan.

Menggeluti lahan barunya, hanya satu bekalnya, bersabar dengan berguru kepada alam.

Menggapai Impian
Raden Sirait meninggalkan dunia perbankan untuk menekuni dunia barunya pada 2001. Dengan mengusung label Luire, kini orang mulai meliriknya setelah kebaya rancangannya dikenakan finalis Kontes Dangdut Indonesia, Miss Indonesia 2006, dan busana sehari-hari Puteri Indonesia 2005 Nadine Chandrawinata. Tujuh kebaya rancangannya juga dikenakan Miss Indonesia 2006 selama mengikuti ajang pemilihan Miss World di Polandia.

Gara-gara melihat tayangan televisi sejak kecil, ia terobsesi menjadi orang terkenal. Namun, hingga dewasa ia tak tahu bagaimana menggayuhnya. Yang ia jalani sejak kecil adalah terbiasa bekerja keras membantu ayahnya menghidupi keluarga dengan menerima jahitan, serta membantu ibunya mengolah sawah.

Raden memerlukan waktu panjang untuk bisa menemukan pegangan hidupnya yang mantap. Ia menemukan dunianya justru pada saat sudah bekerja di perbankan, saat menjabat manajer pemasaran.

Masa-masa itu justru menjadi pembelajaran baginya mengenai mode. Ia gemar mengamati rekan-rekan kerjanya yang menggemari mode dan busana.

Bekerja sama dengan kakaknya, Rospita Sirait, ia merintis karier di bidang mode dan busana.

Kini bukan hanya kebaya rancangannya yang dikenal, namun juga salonnya. Memang sedikit berbeda dengan Kur yang mendasari alih profesi karena perlu aktualisasi diri, Raden lebih ingin menggapai impian masa kecilnya, menjadi orang terkenal.

Tak jauh beda dengan Raden, Sylvi Francis banting setir dari bidang keuangan ke seni. Demi mengembangkan ide yang benar-benar asli hasil karyanya dari A sampai Z, pada 2002 Sylvi rela meninggalkan kariernya di Trimegah Securities. "Waktu itu jabatan saya lumayan tinggi lho, Vice President Corporate Communication di Trimegah," katanya.

Sebelumnya, 1993-1996, Sylvi bekerja untuk Harvard Institute International Development yang menjadi konsultan di Departemen Keuangan. Dari situ, Sylvi bekerja di PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) manajer di bidang corporate communication dan pengembangan teknologi informasi hingga tahun 2000. Baru setelah itu masuk Trimegah.

Kini Sylvi menekuni pekerjaan baru di bidang high fashion silk painting, yaitu melukis dengan media kain sutera yang hasilnya bisa digunakan untuk fashion. Dengan pekerjaan barunya, Sylvi bisa bebas menuangkan segala idenya secara orisinal, tanpa harus dicampur dengan ide-ide orang lain.

Hasil lukisan Sylvi di atas kain sutera bisa dijumpai di exclusive gift shop Ritz Carlton Hotel dan Four Seasons Hotel Jakarta.

Selain melukis di atas kain sutera, Sylvi juga menjadi art consultant, terutama untuk brand image suatu perusahaan. "Sebagai orang yang lama menggeluti bisnis keuangan, saya juga merancang strategi pemasaran perusahaan melalui seni atau membentuk brand image melalui seni. Hal ini belum banyak dilakukan perusahaan di Indonesia," kata Sylvi.

Kini Sylvi juga sibuk mengajar melukis dan membaca puisi di sekolah pengembangan anak, Dramschool. Ia juga membuka kursus silk painting di Kemang. "Dengan menekuni bidang baru ini, saya sekarang bisa menuangkan semua ide-ide saya. Saya benar-benar puas. Dan dari segi penghasilan juga ada peningkatan," kata Sylvi.

Selain Kur, Raden, dan Sylvi, tentu masih banyak orang lain yang telah alih profesi. Seorang konsultan sumber daya manusia menyebutkan, dibutuhkan dorongan kuat untuk alih profesi. Apalagi jika selama ini merasa karier sudah mantap. Alih profesi sangat mengandung risiko. Bukan hanya ketidakpastian, namun juga harus memulai semuanya dari awal.

Namun, bukan berarti tidak mungkin. Kur, Raden, dan Sylvi sudah memulainya. Kur bahkan secara bercanda mengatakan, ada sebelas temannya yang sudah berancang-ancang mengikuti jejaknya. [A-18/N-4/S-24]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar