Minggu, 15 November 2009

Lihat Kebunku di Cibinong






Foto-foto beberapa sudut dari kebun saya. DAUN MUDA, namanya.

Memanfaatkan hari kosong saya menyempatkan diri menengok kebun saya di Desa Cibinong, Gunung Sindur, Bogor. Kebetulan, rumah joglo saya mau didirikan. Rumah Joglo itu saya beli seharga 30 juta sekitar setahun lalu. Tapi baru dua minggu lalu, rumah joglo gaya banyumasan itu, saya angkut dengan truk dari Banyumas.

Punya Rumah Joglo memang obsesi saya sebagai anak urban, sekaligus anak yang dididik secara agraris. Tapi kalau boleh terus terang, belinya juga by accident. Karena minat sekali juga tidak. Kebetulan, ada sejawat mau menalangi. Dia berutang tanaman pada saya. Jadi karena aturan mainnya simpel, ya deal. Itung-itung saya barteran dengan tanaman. Jadilah, saya punya Rumah Joglo. Kebetulan saya kan punya kebun di Cibinong tadi......

Luas Rumah Joglo itu 7 x 9 meter. Kalau dikali, jumlahnya 72. Itu artinya 9. Itu angka keramat saja. Nama saya Kurniawan Junaedhie adalah gabungan angka 9 dan 9, yang kalau ditotal adalah 18 yang artinya juga 9.

Kembali ke soal kebun, itu adalah hasil jerih payah saya berjualan tanaman. Jadi jika orang berjualan tanaman hias menjual tanah dan rumahnya, saya menjual tanaman dan membeli kebun.

Luas kebun itu 'cuma' 5000 meter persegi, jadi satu hektar (10.000 meter persegi) saja belum. Setahun lalu, sekitarFebruari 2007, saya membelinya dengan harga Rp. 70 rb permeter dengan ngos-ngosan. Saya katakan ngos-ngosan, karena saya nekad deal, tetapi kantong masih kosong.

Mungkin Tuhan tahu keinginan saya, tahu-tahu anthurium booming. Antara Mei - Juli, hampir setiap minggu saya mengirim satu truk anthurium ke Jawa. Untung lumayan saja, karena saya tidak mengutip besar-besar untung untuk setiap tanaman. Jadi, tanpa banyak cingcong, tanah itu saya langsung lunasi, dan sekaligus membuat pagar dari beton (di kampung saya disebut 'Tembok Berlin').

Bikin pagar beton terbilang murah, tak perlu tukang banyak, dan praktis, meski risikonya orang kampung terperangah dan menganggap saya sebuah PT. Hanya dalam waktu 10 hari, tembok beton yang mengelilingi tanah saya itu sudah berdiri kokoh. Selanjutnya saya dirikan rumah di sana, niat hati untuk penjaganya, dan sebuah greenhouse. Lalu karena masih jembar, saya juga bikin meja-meja tanaman yang kayunya saja dari kayu ulin yang harga sekubiknya Rp. 12juta.

Kebun itu juga obsesi saya. Saya pengen di situ kelak berdiri sebuah nursery, kebun pembibitan saya, di mana orang bisa datang, membeli tanaman sambil minum kopi. Sudah saya beri nama, DAUN MUDA. Maria sudah setuju, setiap minggu saya mengunjungi daun muda saya. "Setiap hari pun boleh, urus yang bener," katanya. Hehehe...***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar