Minggu, 15 November 2009

Mulanya Adalah Hobi

[Dipublikasikan oleh Majalah Bahana, August 2007. http://www.bahana-magazine.com/?p=productsMore&iProduct=207&sName=Mulanya-Adalah-Hobi]


Siapa pun yang terkena cinta konon akan takluk pada pesonanya. Kurniawan Junaedhie contohnya. Siapa nyana dengan cinta ia dapat meraih jutaan rupiah. Kurniawan Junaedhie tidak pernah bermimpi muluk ketika memulai bisnisnya tahun 2004. Yang tak bisa ia pungkiri, setiap melihat tanaman hias, ia langsung jatuh cinta. Kecintaan ini membuatnya nekat menekuni bisnis di sektor flora. Gerai tanaman hias yang diberi nama Toekang Keboen dipusatkan di kawasan tanaman hias BSD City, Serpong. Profesi sebagai wartawan pun ditinggalkan. Padahal ia telah menekuninya kurang lebih 30 tahun. Bahkan pernah menjadi wartawan harian terbesar di Indonesia. Keinginannya sederhana. Dengan berbisnis, ia bisa lebih dekat dengan keluarga yang kerap ia tinggalkan dulu hanya demi mengejar berita.

HANYA BEKAL CINTA

Alumnus Sekolah Tinggi Publisistik (STP) ini tidak ingat betul berapa modal awalnya. Bahkan ia tidak mempersiapkan secara khusus. Tapi sejak lama ia rajin mengumpulkan tanaman hias. “Begitu kepingin, langsung buka gerai, pajang tanaman-tanaman koleksi saya.”

Hobinya ini pernah mendapat tantangan istri. “Rumah sudah kayak hutan,” begitu keluh istrinya. Namun, ia tetap bertekun. Siapa sangka, dari hobinya ini ia bisa meraup untung besar. Dalam sebulan, ia bisa menjual ribuan tanaman hias. Yang termurah sekitar Rp40.000,- sedangkan yang paling mahal berharga puluhan sampai ratusan juta rupiah. Kalau dihitung keuntungan 20% saja per bulan, bayangkan berapa rupiah uang yang masuk ke kantongnya! Pada-hal keuntungan per bulannya bisa sampai 50% dari hasil jual. Cck..cck...cck...!

Pria kelahiran 24 November 1964 tersebut menyebut tidak ada skill khusus. Cukup mencintai tanaman. Kecintaan ini yang membedakan Junaedhie dengan pedagang lain. Bagi pedagang yang hanya cari untung, tanaman adalah komoditi dan harus—setidaknya—mengalirkan rupiah keuntungan. Sebuah alamat buruk kalau tanaman tak laku. Karena itulah beberapa pedagang nekat menjual tanaman hias dengan harga murah, kalau perlu diobral. Tapi bagi Junaedhie, rumusan itu tidak berlaku. Ia tetap mencintai dan memelihara tanaman-tanaman hiasnya yang tidak laku.

Jemaat Gereja Katholik St. Laurentius, Alam Sutra, Serpong betul-betul menggeluti bisnis ini. Bahkan, ia sudah sampai tahap menikmati. “Setiap hari kalau melihat kehijauan tanaman, ada rasa damai. Tanaman yang dulu kecil, bertumbuh besar. Bibit yang dulu disemai kini tumbuh besar,” ujarnya menerawang.

Kenikmatan itu juga yang tidak membuatnya patah semangat ketika kehilangan tanaman senilai Rp100 juta lantaran dicuri. Ia juga tak putus asa sekalipun sampai sekarang belum bisa mengirim tanaman hiasnya ke luar negeri. Alasan birokrasi dan tudingan miring bahwa tanaman hias adalah biang pembawa hama semakin memperkecil kesempatan mengirim tanamannya. Telanjur cinta, ia belajar melihat arti positif lain. “Membuka lapangan kerja adalah keuntungan tersendiri. Sedikitnya saya telah ’me-ringankan beban pemerintah’ dalam mengatasi pengangguran,” tuturnya.

EMPAT PILAR KESUKSESAN

Kejujuran menempati prioritas dalam bisnis yang dilakukan Junaedhie. ”Bisnis tanaman hias adalah bisnis yang unik. Tanpa dibantu orang-orang jujur, bisnis saya akan bangkrut. Setelah kejujuran, dibutuhkan juga kerja keras, dapat dipercaya, dan menghormati pelanggan. Kami sangat keras menerapkan nilai ini,” jelasnya.

Dengan keempat modal ini Junaedhie tidak gentar bersaing. Masih segar dalam ingatannya empat tahun lalu. Saat itu belum banyak pedagang tanaman hias yang menggunakan website sebagai strategi marketing dan promosi karena dianggap peminat tanaman hias bukan user friendly dengan internet. Tapi kini sudah berubah. “Pesaing sudah banyak mengikuti jejak kami menggunakan internet. Tapi kami tetap tampil beda. Ada news update di website kami (www.toekangkeboen.com). Kami menyediakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanaman. Karena itu kami dapat disebut sebagai one stop shopping plants and accessories.”

Sedikit memberi wejangan, ia menyarankan jangan berpikir memulai bisnis seperti buka lapak. Apalagi menja-dikan bisnis tanaman hias hanya peker-jaan sampingan. ”Bisnis yang maju harus dikelola secara total dan fokus. Sayangnya, karena hanya dianggap hobi, jadi banyak orang menjalankan bisnis sebagai hobi,” kata Junaedhie.

Kini, istrinya yang dulu tak setuju dengan hobinya pun turut kepincut. Bahkan sekarang membuka toko florist dan menjualnya sampai ke manca negara. (Rumintar Silitonga)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar